Layanan Pijat di Arena Muktamar

Jumat, 26 Maret 2010

Bagi sebagian orang, tidaklah penting bagaimana proses muktamar berlangsung dan apa saja keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh muktamar. Bagi sebagian orang muktamar adalah tempat ramai orang sedang berkumpul. Dan sesuai rumus perekonomian, di mana ada orang ramai berkumpul, maka di situ ada rezeki yang pantas dicari.



Seperti halnya para pedagang dan pengusaha hiburan anak-anak yang berusaha mengais rejeki di kerumunan orang, maka salah satu cara mencari rejeki di keramaian yang cukup menarik adalah dengan memberikan layanan pijat. Tentu saja layanan pijat ini laris manis, karena yang berkumpul adalah para kiai, yang sebagian besar akrab dengan layanan pijit sejak dari pesantrennya masing-masing.

Puluhan tukang pijat ini memberikan layanan untuk memanjakan Muktamirin yang kelelahan sehabis mengikuti persidangan, atau kelelahan karena perjalanan jauh sejak beberapa hari lalu, atau saja kelelahan karena terlalu lama begadang. Para tukang pijit ini berjajar rapi di seputar Masjid Quba Asrama Haji Sudiang Makassar yang digunakan sebagai arena perhelatan Muktamar ke-32 NU.

Meskipun Panitia telah menyediakan Posko Kesehatan bagi Muktamirin secara gratis. Tapi begitulah Nahdliyin, tetap saja yang namanya pengobatan tradisional tetap laris manis. “Pusing pa, ayo pijit,” tawar seorang penjaja jasa pijit pada seorang Muktamirin di teras Masjid Rabu (24/3).

Orang tersebut pun tanpa membantah langsung mengiyakan. “Sungke (buka) baju, pak?,” ujar Isrofil sang tukang pijit itu dengan logat khas Makassarnya. Isrofil yang berasal dari Kabupaten Maros Kalimantan Selatan itu menamakan pijit itu dengan sebutan urut tradisional.

Isrofil, datang ke arena Muktamar sejak Selasa (23/3), pada hari pertama dia mengaku hanya melayani 4 orang saja. “Setelah melihat cara urut tradisional saya, malah pada antri,” ujarnya sembari memijat muktamirin dari Kudus Jateng.

Dia tidak memasang tarif atas jasanya tersebut. Justru dengan tidak memasang tarif para Muktam, makairin memberikan jasanya cukup lumayan besar. “Ya… Alhamdulillah, antara 10 sampai 50 ribu, Mas,” ungkapnya pada NU Online.

Mahmud, salah seorang Muktamirin dari Banjarnegara merasa puas dengan gaya pijit yang dilakukan oleh Isrofil. Karena berbeda dengan cara memijit di Jawa. “Ini memang beda,” ujarnya terkekeh.

Isrofil hanya bermodal cairan semacam minyak goring yang dilulurkan pada pengguna jasanya. Digunakannya cairan tersebut, agar dalam memijit bisa sedikit licin sehingga tidak membuat sakit yang dipijit. (Was)

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

STATISTIK

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP